Home Gaya Hidup 3S (STRONG SERVE SOCIETY) : SIKAP DAN PERAN SANTRI DI TENGAH MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI

3S (STRONG SERVE SOCIETY) : SIKAP DAN PERAN SANTRI DI TENGAH MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI

Santri Tangguh Di Tengah Pandemi

770
0
SHARE
3S (STRONG SERVE SOCIETY) : SIKAP DAN PERAN SANTRI DI TENGAH MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI

“3S (STRONG SERVE SOCIETY) : SIKAP DAN PERAN SANTRI DI TENGAH MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI”

Oleh : Fajar Amali Kurniawan

 

PENDAHULUAN

            Covid-19 atau yang akrab disebut dengan virus corona, merupakan virus yang pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019 lalu. Setelah ditelusuri oleh para ahli, ternyata beberapa orang yang terinfeksi memiliki riwayat yang sama, yaitu setelah mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan.

            Sebuah penelitian menyebutkan bahwa virus ini memiliki urutan sekuens genetik yang mirip 88% dengan virus corona dari kelelawar. Hal itu menjadi dugaan sementara dari mana virus corona muncul.

            Sementara itu, pada 02 Maret 2020, untuk pertama kalinya pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa ada dua kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia. Pemerintah Indonesia merasa sudah cukup melakukan langkah-langkah antisipasi. Antara lain menggunakan Health Alert Card atau Yellow Card, juga Thermal Scanner untuk mengecek suhu tubuh diatas 38,5 derajat Celsius di pintu masuk dan keluar RI.

Alhasil, menurut Pandu, data laporan kumulatif kasus konfirmasi positif Covid-19 yang setiap hari ditemukan oleh pemerintah menunjukkan bahwa sejak Maret hingga April data grafik semakin meningkat signifikan di wilayah Sumatera Utara, Bali, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. "Hal ini terlihat dari angka laporan kasus sejak Maret hingga April. Provinsi yang memiliki akses penerbangan langsung ke dan dari Wuhan memiliki jumlah kasus konfirmasi yang cukup signifikan," ujar dia.

Setelah akhirnya jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 yang semakin meningkat, akhirnya banyak kegiatan-kegiatan sosial maupun masyarakat yang ditutup dan diberhentikan, termasuk sekolah-sekolah dan juga pondok pesantren.

Sama halnya seperti sekolah yang lainnya, pondok pesantren di Indonesia, yang khususnya pondok pesantren At-Tadzkir tempat saya tinggal memulangkan para santrinya ke rumah masing-masing dan juga menerapkan sistem pembelajaran secara online melalui berbagai aplikasi di internet pada akhir Maret 2020 lalu.

ISI

            Karena jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia, khusunya di daerah saya di Majalengka semakin meningkat, maka pembelajaran di pesantren yang menggunakan sistem online diperpanjang sampai bulan Juni 2020. Dan setelah sekian lama menunggu dan juga saling merindu antar santri dan juga pengasuh beserta para dewan kyai, akhirnya ada keputusan pemerintah yang menetapkan AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru).

            Adaptasi kebiasaan baru ini yang menjadi alasan masuknya kembali pondok pesantren At-Tadzkir di Majalengka, poin-poin dari Adaptasi kebiasaan baru ini menjadi sebuah kebiasaan yang benar-benar baru bagi para santri juga para masyarakat sekitar.

            Ada beberapa hal yang merupakan poin-poin penting dari Adaptasi kebiasaan baru ini, diantaranya, para santri wajib mengenakan masker ketika bepergian dan juga ketika akan keluar dari komplek pesantren, pengunjung atau para tamu yang akan datang ke komplek pesantren diwajibkan memakai masker dan juga mencuci tangan terlebih dahulu, karena di setiap titik di pondok pesantren At-Tadzkir disediakan tempat mencuci tangan dan juga penjaganya yang akan siap mengecek suhu tubuh dengan Thermal Scanner.

            Padahal, menurut K.H Didin Misbahuddin Ath-Thoifury selaku pimpinan dan juga pengasuh pondok pesantren At-Tadzkir, sebuah kebiasaan baru ini sudah diterapkan sejak dahulu oleh para santri, yaitu dengan selalu berwudu, karena tata cara mencuci tangan yang diterapkan pada adaptasi kebiasaan baru ini, sama halnya dengan berwudu, namun perbedaannya wudu itu dapat mensucikan hadas kecil, sedangkan mencuci tangan tidak.

            Maka dari itu menurut beliau, sebuah adaptasi ini bukanlah sebuah kebiasaan yang baru, melainkan sebuah kebiasaan dalam agama islam yang baru diterapkan dalam taraf nasional. Maka seharusnya kita harus bersyukur selaku santri yang juga merupakan tokoh penting dalam agama Islam yang telah menerapkan kebiasaan-kebiasaan sehat yang dapat mencegah datangnya Covid-19.

            Sebuah visi 3S (Strong Serve Society) yang merupakan sikap dan juga peran santri ditengah masyarakat pada masa pandemi Covid-19 ini sangatlah penting tertanam pada jiwa setiap santri yang ada di Indonesia, karena dengan menerapkan sikap ini, kita sebagai santri dapat membantu masyarakat dengan memberikan arahan sebuah adaptasi kebiasaan baru, dan juga terus menyuarakan tata cara hidup sehat yang sesuai dengan ajaran Islam yang juga sejalan dengan adaptasi kebiasaan baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

PENUTUP

            Sikap 3S (Strong Serve Society) juga yang akan menjadi jalan keluar dari berakhirnya pandemi ini, karena ketika para santri siap malayani masyarakat maka yang akan dilayani kepada masyarakat adalah sebuah pelayanan yang sesuai dengan ajaran Islam, ketika sebuah pelayanan sesuai dengan ajaran Islam maka para masyarakat akhirnya akan menjadi semakin dekat dengan Allah, karena kegiatan pelayanan dari santri tidak akan jauh dengan pelayanan yang bersumber dari Al-Qur’an dan juga Hadis, yang pastinya akan membuat para masyarakat rajin ibadah.

 

“AGAMA ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA AGAMA YANG BERSIH DARI KEMUSYRIKAN. (Q.S AZ-ZUMAR : 03)”
 

 

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Referensi Artikel Dan Website :